Ada yang berbeda dari kegiatan upacara bendera hari ini, Senin pagi, 10 Oktober 2022. Tidak hanya khidmat seperti biasanya. Selain tema yang diusung lebih membumi tentang jargon sekolah, juga ada penyambutan Native Speaker dari Jepang hasil kerjasama SMA SINT LOUIS dengan Japan Fondation. Bapak Rudiyanto, S.Pd selaku pembina upacara mengawali amanatnya dengan sharing bagaimana beliau yang beragama Islam begitu merasakan toleransi yang ada di sekolah ini. Sekolah di bawah naungan Yayasan Katolik, YPAK Semarang. Tidak hanya dalam bentuk kegiatan tetapi juga ucapan-ucapan yang membuat kehangatan dalam sebuah berelasi di dalam sebuah komunitas. Itulah esensi berbeda. Dengan perbedaan akan membuat kita semakin kaya dan kuat.
Dalam amanatnya, Pak Rudy terus mendengungkan pentingnya menghargai keberagaman. Bahwa tidak harus satu agama ketika kita mengatakan orang sebagai sesama . Tidak harus satu ras agar bisa dibilang saling cinta dan tidak mesti seajaran untuk saling mengerti perasaan. Kita hidup di Indonesia sungguh bersyukur karena punya semboyan Bhineka Tungal Ika yang membuat kita tetap bersatu dalam perbedaan. Kita sudah cukup nyaman , tinggal bagaimana para siswa memperjuangkan cita-citanya. Memanfaatkan waktu sebaik-baiknya karena semua ada saatnya. Saat di sekolah tentu saja yang difokuskan adalah belajar. Sebagai penutup amanat para siswa dimotivasi untuk tetap semangat belajar karena ada cita-cita yang perlu diwujudkan, ada masa depan yang perlu disiapkan dan ada orang tua yang perlu dibanggakan.
Upacara ini juga diwarnai dengan seremoni penyambutan Native Speaker dari Negara Jepang, Aoki Etsuko. Aoki merasa senang berada di Semarang dan begitu senang dengan penyambutan di SMA Sint Louis. “Warga sekolahnya cantik, ganteng dan ramah-ramah”, begitu katanya. Dalam kurun tiga bulan ke depan Auki akan berada di SMA Sint Louis untuk belajar dan saling berbagi budaya. Harapannya semoga semua warga sekolah bisa bekerja sama.
Sebelum mengalungkan selendang sebagai simbol ucapan selamat datang, kepala sekolah SMA SINT LOUIS Herybertus Priya Sulistya meneguhkan bahwa SMA Sint Louis Semarang konsisten mengusung keberagaman. Jargon masih sama yaitu Multiculture School. Dengan kedatangan Native dari Jepang diharapkan ha-hal yang baru tidak lantas langsung diadopsi, tetapi perlu diadaptasikan sesuai jati diri sekolah(negara). Semoga kegiatan berjalan dengan lancar.